Skip to content

Frans Go dan Dinamika Pendidikan NTT: Memahami Kompleksitas Kemiskinan dan Harapan Perubahan

Facebook
WhatsApp
Twitter
Email
Print

Fransiscus Go, Direktur GMT Institute Jakarta, mendapat apresiasi dari Ketua KADIN NTT, Bobby Lianto, terkait wacana peningkatan mutu pendidikan di NTT. Dalam wawancara dengan RakyatNTT.com pada Kamis (14/9), Bobby menyatakan dukungan terhadap inisiatif Frans Go untuk memperbaiki mutu pendidikan di Nusa Tenggara Timur. Namun, ia menekankan pentingnya perbaikan ini harus tepat sasaran dan berkelanjutan.

Bobby Lianto menyampaikan, “Bagus jika Pak Frans Go peduli memperbaiki pendidikan NTT agar lebih terarah dan berdaya saing. Namun, perbaikan tersebut harus berkelanjutan agar target yang diinginkan dapat tercapai.”

Sementara itu, Daniel Tagu Dedo, mantan Direktur Bank NTT dan saat ini menjabat sebagai direktur keuangan di perusahaan energi di Jakarta, menekankan pentingnya penanganan kemiskinan yang ekstrim di NTT. Meskipun ia mengakui pentingnya peningkatan mutu pendidikan, ia menilai bahwa penanganan kemiskinan harus menjadi prioritas utama.

Daniel menjelaskan, “Kemiskinan ekstrim yang dialami masyarakat NTT saat ini jauh lebih penting untuk ditangani. Dari beberapa periode kepemimpinan, kemiskinan di NTT tidak teratasi, dan pertanyaannya mengapa kemiskinan di daerah kita tetap tinggi, terutama jika dibandingkan dengan dana APBN yang besar untuk pengentasan kemiskinan.”

Daniel menambahkan bahwa intensitas dan keseriusan dalam menangani kemiskinan di NTT masih lemah. Menurutnya, penanganan kemiskinan seharusnya dilakukan dengan intensitas dan keseriusan seperti Tim SAR yang menyelamatkan korban gempa bumi, mencari dan menyelamatkan seluruh korban hingga ditemukan.

Dalam merespons kritik tersebut, Frans Go mengungkapkan pandangannya terhadap mekanisme penyaluran bantuan sosial yang perlu diperbaiki agar tepat sasaran. Ia menilai bahwa bantuan langsung dari pemerintah sering kali tidak mencapai target yang seharusnya, hanya berhenti di sekitar keluarga atau lingkungan tertentu.

Terakhir, Frans Go menegaskan perlunya pembangunan sumber daya manusia di NTT untuk meningkatkan daya saing daerah tersebut dengan daerah lainnya di Indonesia. Ia menggunakan perumpamaan kereta api, di mana sumber daya manusia yang handal menjadi lokomotif yang dapat menarik “gerbong” masalah seperti kemiskinan, ketertinggalan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, stunting, dan pariwisata. Frans Go merinci data dari BPS Provinsi NTT yang menunjukkan posisi yang miris dalam urutan pendidikan dan kemiskinan, dan menganggap perbaikan dan peningkatan sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut.

Berita Terkait

TERKINI