Di tanah Timor, kasih tidak berakhir dengan waktu, tetapi terus menyala dalam setiap karya. Yayasan Felix Maria Go (YFMG) menjadi warisan dari kasih Papa Felix Go dan Mama Maria Goreti Yap, yang terus hidup dalam semangat keluarga Go. Seperti yang disampaikan Fransiscus Go, Direktur YFMG, “Cinta sejati bukan sekadar dikenang, tetapi diteruskan sebagai berkah bagi sesama.”
Nilai ini menjadi ajaran yang ditanamkan oleh Felix Go dan Maria Goreti Yap kepada anak-anaknya, yang kemudian diteruskan dan dijaga dengan penuh inspirasi. Felix dan Maria adalah pemilik Toko “Sembilan Jaya” di Terminal Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Setelah kepergian mereka, anak-anaknya terus melanjutkan bisnis tersebut dan, yang lebih penting lagi, ajaran mereka untuk berbagi kepada sesama.
Dalam obrolannya seperti dikutip dari RakyatNTT.com pada Rabu, 19 Maret 2025, Frans Go, yang juga anak dari Felix dan Maria, menjelaskan pembangunan “Wisma Purna Karya” di Nenuk, Kota Atambua, Kabupaten Belu. Wisma yang diperuntukkan bagi romo-romo senior ini dibangun sejak 2011 dan kini tengah diperluas dengan tambahan empat kamar.
“Dulu YFMG sudah membangun delapan kamar yang kini penuh. Sekarang, kami menambah empat kamar lagi dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. Pembangunan sudah 90 persen selesai,” jelas Frans Go. Pembangunan ini adalah bagian dari upaya YFMG untuk terus mendampingi karya pastoral di Keuskupan Atambua. Bangunan tersebut diberi nama “Wisma Purna Karya” untuk mengenang kontribusi para romo yang telah purna tugas.
Berikut komentar dari keluarga Go mengenai proyek pembangunan ini:
- Robert Go, kakak tertua, merasa sangat senang dapat berbagi dengan para romo yang telah purna bakti. “Saya akan terus mendukung apa yang dilakukan keluarga besar Go, karena ini adalah amanah dari orang tua kami.”
- Aci Getrida Go mendukung upaya ini, bahkan mengajak anak-anaknya untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan ini, meskipun dengan bantuan sekecil apa pun. “Biar mereka belajar membantu sesama,” ujarnya.
- Anthonius Go mengungkapkan apresiasinya terhadap adiknya, Frans Go, yang selalu peduli terhadap keluarga dan para romo. “Pak Frans sangat tulus membantu orang lain. Kami sangat senang melihat semua berjalan lancar, dan bangunan ini kini dihuni oleh para romo senior.”
- Yustinus Go, yang turut terlibat dalam proyek ini, menambahkan, “Kami mendukung penuh semua upaya Pak Frans dalam menyiapkan fasilitas bagi para romo yang sudah purna bakti.”
- Benyamin/Densy Go menekankan bahwa pembangunan wisma ini adalah bentuk ungkapan syukur keluarga Go dan bertujuan untuk meringankan beban para romo. “Semua pendanaan berasal dari Yayasan Felix Maria Go, dan kami saling berpartisipasi dalam setiap tahap pembangunan.”
- Domi Go menyatakan, “Kami memberikan bantuan sesuai kemampuan untuk membangun wisma ini sebagai bentuk kebersamaan keluarga.”
- Aci Netha Go yang turut turun langsung ke lapangan, menambahkan, “Kami pastikan kamar-kamar yang baru dibangun nyaman untuk para romo, termasuk akses untuk kursi roda.”
- John Go juga menyoroti pentingnya kegiatan ini dalam mempererat hubungan kekeluargaan dan mendekatkan diri dengan gereja. “Semoga upaya ini bermanfaat bagi para romo purna bakti,” ujarnya.
Para romo yang tinggal di wisma tersebut juga memberikan tanggapan positif:
- Romo Maxi Amnanu mengucapkan terima kasih kepada keluarga Go, mengatakan, “Kami sangat bersyukur. Tidak banyak orang yang memberikan perhatian sebesar ini kepada romo-romo yang purna bakti. Keluarga Go adalah salah satu yang sangat peduli.”
- Romo Emanuel Hane, yang telah tinggal di wisma sejak 2011, juga mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Pak Frans sangat peduli, tidak hanya membangun wisma, tetapi juga memberi kami bantuan lain, seperti uang makan. Saya juga sangat menghargai kenangan indah saat beliau menjemput saya di Jakarta.”
Proyek ini adalah contoh nyata dari dedikasi keluarga Go dalam mempererat ikatan kekeluargaan dan memberi manfaat kepada masyarakat, khususnya bagi para romo yang telah mengabdikan hidupnya dalam pelayanan gereja.