JAKARTA – Universitas Katolik Soegijapranata (Soegijapranata Catholic University, SCU) Semarang menyelenggarakan seminar bertajuk “SCU for Indonesia: Exploring the Potentials of Remote, Border Areas, and Islands at Eastern Indonesia (Maluku & NTT)”.
Kegiatan ini diselenggarakan pada 30 April di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan. Ir. Fransiscus Go, SH, salah satu pengusaha dari NTT dan Maluku akan menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut.
Fransiscus Go tak sendirian, ia akan tampil bersama Rektor Unika Sugiyapranoto Dr. Ferdinandus Hindiarto, S. Psi., M. Si, Ketua Stichting Samenwerking Vlissingen Ambon Nico Lopulisa.
Selanutnya, Visiting Professor of Pattimura Univ, Profesor of Vrije Univ, Honorary Follow of KITLV Prof. Dr. Fridus Steijlen, Penjabat Bupati Maluku Tengah Dr. Rakib Sahubawa.
Seminar ini akan membahas strategi pembangunan berkelanjutan untuk Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diharapkan dapat merefleksikan, mengeksplorasi, dan merumuskan langkah berkelanjutan dari peran SCU untuk daerah Indonesia Timur, khususnya Maluku dan NTT.
Adapun tujuan seminar ini untuk memberikan edukasi terkait hal-hal seperti Exploring Social Culture & Technological Dynamic in Maluku & NTT, Membuka Potensi Pembangunan di Sumba-Flores dan Conflict Early Warning & Early Response System for Maluku.
Selanjutnya, penguatan Lembaga Adat Saniri dalam Rekonsiliasi Paska Konflik, Konservasi Benda Budaya dan Simbol Adat di Ambon. Lalu Audit Kompetensi Medis untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten
Malaka, Pendidikan Vokasi untuk Anak Putus Sekolah di Tambolaka, Sumba dan
Pendampingan Psikologi untuk Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Sekolah di Kupang.
“Kegiatan ini diharapkan dapat mengundang keterlibatan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat dari Maluku, NTT, dan seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah serta Diaspora Maluku dan NTT baik dari dalam maupun luar negeri guna mendorong eksplorasi kekayaan budaya, sumber daya alam, serta potensi pembangunan ekonomi dan pariwisata di wilayah tersebut,” demikian siaran pers yang dikeluarkan Humas Unika Sugiyapranoto Semarang, kemarin (29/4).
Disebutkan bahwa mengingat Provinsi Maluku dan Provinsi NTT adalah wilayah yang kaya akan budaya lokal, tradisi, dan sumber daya alam, termasuk perikanan, kehutanan dan potensi pariwisata, wilayah ini menghadapi tantangan besar.
Dalam hal ini, termasuk akses terbatas terhadap infrastruktur dan teknologi, kualitas pendidikan dan kesehatan yang rendah, ketimpangan ekonomi, serta potensi konflik sosial akibat pemanfaatan sumber daya yang tidak setara.
SCU yang mempunyai Pusat Studi Daerah Tertinggal Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang berfokus pada studi di daerah terpencil, kepulauan, dan perbatasan, bertujuan untuk melakukan studi komprehensif yang mempertimbangkan aspek ekonomi, budaya, sosial, dan lingkungan secara simultan.
Integrasi antara teknologi, budaya, sumber daya manusia, serta perlindungan dan penguatan institusi adat diharapkan dapat menjadi upaya sinergis dalam mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
“SCU berkolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan berbagai pemangku kepentingan lokal untuk merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang berkelanjutan, memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil tidak hanya efektif secara teknis tetapi juga responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” tulisnya.***