JAKARTA – Tokoh masyarakat dan pemerhati pendidikan asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Fransiscus Go menyampaikan, NTT memiliki potensi ekonomi yang besar dengan komoditas seperti kopi, cokelat, tebu, dan perikanan.
Menurut Fransiscus Go, NTT juga memiliki daya tarik pariwisata seperti pulau Komodo, Taman Nasional Kelimutu, dan Pantai-Pantai yang indah.
Hal itu disampaikan Frans Go (sapaan Fransiscus Go) saat menjadi pembicara pada acara seminar bertajuk “SCU for Indonesia: Exploring the Potentials of Remote, Border Areas, and Islands at Eastern Indonesia (Maluku & NTT) yang diselenggarakan oleh Soegijapranata Catholic University (SCU) pada Selasa, (30/4) kemarin di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang, Jawa Tengah.
Namun demikian, Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan ini menyampaikan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2021, NTT menjadi provinsi dengan prevelensi stunting tertinggi di Indonesia, menyentuh angka 37,8%. Indeks Pembangunan Manusia di provinsi ini juga hanya menyentuh angka 65,28, sehingga menduduki urutan 32 dari 34 provinsi di Indonesia.
Figur yang digadang-gadang menjadi salah satu Bakal calon gubernur NTT ini menuturkan masih ada tantangan dalam infrastruktur dan aksesibilitas di beberapa daerah di NTT, terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil.
Kemudian, lanjutnya, permasalahan lingkungan yang mengakibatkan sulitnya air, masalah kesehatan dan pendidikan, problem ekonomi dan lapangan kerja hingga masalah sosial dan budaya yang menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan, bahkan maraknya perdagangan orang atau Human Trafficking.
“Maka daerah harus memiliki magnet yang menjadi daya tarik bagi investor sehingga pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan. Investasi yang ramah lingkungan akan mewujudkan ketahanan pada masyarakat dan jadi pendorong meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi,” ujar Fransiscus Go dikutip Rabu (1/5/2024).
Pengusaha yang telah berinvestasi di NTT dan Maluku ini juga menyampaikan hal serupa untuk Provinsi Maluku. Menurutnya, perekonomian Maluku saat ini boleh dibilang bergantung pada sektor pertanian (seperti kelapa, cengkeh, pala) dan perikanan.
Alumni PPRA Lemhannas angkatan 49 yang akrab disapa Frans Go ini menyebutkan, infrastruktur terutama di luar ibu kota Ambon masih memerlukan peningkatan, terutama akses transportasi dan ketersediaan Listrik. Namun demikian, lanjut Frans, pariwisata Maluku juga mulai berkembang terutama dengan potensi alamnya yang indah seperti Pantai, pulau-pulau kecil dan keanekaragaman hayati bawah laut.
“Untuk itu perlu dibuat program terobosan terhadap NTT maupun Maluku seperti pengembangan Infrastruktur, peningkatan dan perbaikan jaringan jalan, pelabuhan dan bandara untuk meningkatkan aksesibilitas, pembangunan dan pemeliharaan system kelistrikan yang andal untuk mendukung aktivitas ekonomi, memfasilitasi pengembangan sektor komoditas unggulan dengan mempermudah akses ke pasar dan sumber bahan,” ungkapnya.
“Kemudian mendukung pengembangan dengan meningkatkan aksesibilitas ke destinasi wisata, menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pemberdayaan Masyarakat dan pengurangan kemiskinan, serta menyediakan infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan daya tarik investasi,” tandas Frans Go.
Senada dengan Frans Go, Rektor SCU, Dr. Ferdinandus Hindiarto menegaskan, pihaknya terus mendorong institusi yang ia pimpin untuk terus menghidupkan semangat Talenta Pro Patria et Humanitate di Indonesia Timur.
“Menjadi wujud nyata dari misi kami untuk melakukan penelitian yang bentuknya pengabdian kepada masyarakat. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan,” kata Ferdinandus Hindiarto.
Ia mengungkapkan, SCU pun banyak melakukan penelitian sekaligus program pengabdian masyarakat di Indonesia Timur, khususnya di wilayah Maluku dan NTT. Beberapa di antaranya yaitu penguatan lembaga adat, rekonsiliasi pasca konflik, konservasi benda budaya dan simbol adat.
Sebagai informasi, turut hadir pada seminar tersebut Asisten I Bagian Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Maluku Tengah, Silviana Mattemmu, Akademisi Vrije Universiteit Amsterdam, Prof. Dr. Fridus Steijlen, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Trihoni Nalesti Dewi.
Sejumlah dosen SCU pun ikut hadir diantaranya Dosen Fakultas Teknik, Dr. Leonardus Heru Pratomo yang juga berkesempatan memberikan pendidikan kelistrikan tepat guna untuk instruktur BLT Don Bosco. Ia juga menggagas pendidikan vokasi untuk anak putus sekolah di Tambolaka Sumba Barat Daya.