Garda Baku dan Jaga (Bajaga) merupakan langkah konkret dalam perang melawan human trafficking. Melalui kerja sama, pendidikan dan aksi nyata, Garda Bajaga memiliki potensi untuk berperan sebagai frontliner dalam melindungi masyarakat dari ancaman para pelaku Tindak Pidana Perdaganan Orang (TPPO).
Hal ini disampaikan Ketua Umum Komunitas Literasi Nusantara (KLN) Ferdinandus Wali Ate menanggapi munculnya gerakan Garda Bajaga gagasan seorang tokoh asal Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Fransiscus Go, figur pengusaha yang juga fokus pada peningkatan kualitas masyarakat daerah.
“Saya Mendukung Gagasan Fransiscus Go Untuk Membentuk Garda Bajaga melawan Human Trafficking atau perdagangan orang yang merupakan tindak pidana serius karena melibatkan eksploitasi fisik, psikologis, dan finansial terhadap individu yang rentan. Gerakan melawan perdagangan orang sangat penting untuk menjaga martabat manusia dan melindungi hak asasi manusia,” ujar pria yang akrab disapa Ferdi, Jumat (25/8).
Menurut aktivis muda NTT ini, gagasan Garda Bajaga itu merupakan langkah progresif dalam upaya melawan Human Trafficking atau perdagangan orang. Terlebih, Fransiscus Go merupakan sosok yang peduli terhadap dunia ketenagakerjaan.
Inisiatif ini, lanjutnya, memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam memerangi kejahatan mengerikan ini dan melindungi korban. Ia menuturkan bahwa pembentukan Garda Bajaga untuk melawan Human Trafficking akan memungkinkan koordinasi tindakan yang lebih efektif.
“Garda Bajaga dapat berperan sebagai agen perubahan dalam menyebarkan informasi tentang risiko dan ciri-ciri Human Trafficking kepada masyarakat. Program penyuluhan dan pelatihan dapat diselenggarakan secara rutin untuk mencegah kasus-kasus Human Trafficking dan mendukung proses penegakan hukum terhadap pelaku,” katanya.
Lebih lanjut aktivis yang juga gencar memerangi TPPO ini pun menilai bahwa pencegahan human trafficking adalah tanggung jawab bersama masyarakat, pemerintah dan berbagai lembaga terkait.
Dengan demikian, kata Ferdi, Keberadaan Garda Bajaga di desa adalah langkah positif dalam mengatasi masalah serius ini. Garda Bajaga, sebagai kelompok masyarakat yang peduli, dapat memainkan peran penting dalam mencegah pelaku pencari korban semakin leluasa bergerak di desa-desa.
“Pandangan ini menggarisbawahi pentingnya tindakan cepat dari Pemerintah Provinsi NTT dalam merespons gagasan Fransiscus Go terkait pembentukan Garda Bajaga untuk melawan Human Trafficking di desa-desa,” tegasnya.
Ferdi menjelaskan, perlindungan masyarakat di tingkat akar rumput sangat penting sehingga inisiatif seperti itu bisa menjadi langkah konkret untuk melibatkan warga dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah serius seperti perdagangan manusia.
“Dengan mendukung gagasan ini, pemerintah dapat memperlihatkan komitmennya dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, serta membangun kolaborasi yang erat antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ini,” tandasnya.
“Tidak diragukan lagi bahwa dukungan terhadap Fransiscus Go selaku Pemerhati ketenagakerjaan dalam upaya membentuk Garda Bajaga Human Trafficking di Nusa Tenggara Timur akan menjadi langkah penting dalam memerangi perdagangan manusia dan melindungi potensi masyarakat setempat,” pungkasnya. (KENDAL1)
Sumber: mjppn.com