Skip to content

Pendidikan adalah Kunci

Facebook
WhatsApp
Twitter
Email
Print

Oleh: Deni Gunawan

“Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup. Pendidikan itu sendiri adalah kehidupan.”

Ki Hajar Dewantara.

Suasana pagi yang cerah masih menggantung, seperti yang biasa terlihat di tanah Jepang, terutama di kota yang diberi nama Hiroshima. Tetapi ketika pukul 08.15 tiba pada tanggal 6 Agustus 1945, saat itulah semuanya berubah dengan dramatis. Pesawat tempur B-29 Amerika Serikat yang diberi nama Enola Gay menjatuhkan sebuah bom yang dikenal sebagai “Anak Kecil” tepat di pusat kota Hiroshima. Tiga hari kemudian, kota Nagasaki juga mengalami nasib yang sama akibat ledakan bom atom kedua.

Dua bom atom ini melepaskan kehancuran yang tak terbayangkan, menghancurkan kedua kota tersebut dan menghantam jiwa-jiwa yang berada di dalamnya. Hampir setengah populasi Hiroshima tewas dalam sekejap, dan tidak kurang dari 75.000 warga Nagasaki juga menjadi korban dari serangan mengerikan ini.

Impian Jepang untuk mendominasi dunia pun berakhir, serta ambisi mereka untuk menjadi kekuatan militer utama di Asia juga sirna. Dua bom atom yang dijatuhkan oleh AS menjadikan Jepang menyerah kepada sekutu hanya enam hari setelah peristiwa ini, yang pada akhirnya menandai akhir dari Perang Dunia II.

Dalam situasi yang sangat sulit, di bawah tekanan kekalahan, Kaisar Hirohito, yang memimpin selama masa paling panjang, menyadari bahwa bangsa dan negaranya takkan bisa bangkit dengan terus melanjutkan perang. Namun, ia percaya bahwa hanya dengan menyelamatkan generasi penerusnya, Jepang dapat bangkit kembali. Dalam kebingungan, Hirohito segera mengumpulkan para jenderal militer.

Di hadapan para jenderal, Hirohito mengajukan pertanyaan yang tak terduga, “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Para jenderal terkejut dengan pertanyaan ini, mengira bahwa Kaisar akan bertanya tentang kekuatan militer Jepang. Namun, Hirohito telah menyadari bahwa Jepang telah jauh kalah dari AS dan sekutu pada saat itu, dan bahwa pembangunan pendidikan yang kuat adalah kunci bagi masa depannya. Oleh karena itu, ia mengumpulkan 45.000 guru yang masih ada dan memberikan arahan tentang arah dan tujuan masa depan Jepang.

Sejak saat itu, Jepang mengalami perubahan yang luar biasa dan menjadi negara maju. Ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam mengubah nasib individu dan bangsa. Meskipun investasi dalam pendidikan memerlukan waktu dan kesabaran, perubahan yang dihasilkan dapat membuka pintu menuju masa depan yang lebih baik, seperti yang terbukti dengan keberhasilan Jepang.

Namun harus diingat, untuk bisa mengubah nasib hidup seseorang ke arah lebih baik adalah dengan memastikan bahwa pendidikan yang diterima oleh setiap individu harus bermutu dan berkualitas. Semakin baik kualitas seseorang, maka peluang hidup untuk lebih baik semakin besar.

Sebagai bangsa, kita terkadang terlalu terpaku dengan kenangan kejayaan masa lalu, tanpa melihat realitas saat ini. Misalnya, kita mungkin merasa bangga dengan warisan intelektual yang pernah diwarisi oleh negara tetangga kita Malaysia, yang pernah belajar ke kita, tetapi saat ini, kita melihat banyak pekerja migran kita yang bekerja di negara tersebut dengan tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang terbatas, seringkali menghadapi kesulitan dan penderitaan.

Meskipun investasi dalam pendidikan bukanlah proses yang cepat, penting untuk menyadari bahwa hanya melalui pendidikan kita dapat memberikan peluang yang lebih baik bagi individu dan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “Dengan ilmu, kita menuju kemuliaan.”

Selain itu, pendidikan juga berperan penting dalam mengukur kemajuan manusia dan perkembangan sosial. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kualitas penduduk suatu wilayah (Rachmadiyanti, 2017). Sebagaimana diungkapkan oleh Azid dan Khan (2010), mutu penduduk sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan.

Namun, yang tak kalah penting adalah bahwa pendidikan juga melibatkan pemahaman dan kemerdekaan jiwa. Seperti yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa selain memberikan kesempatan untuk perbaikan secara materil, pendidikan juga memiliki peran dalam memerdekakan jiwa manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah upaya untuk membuat manusia merdeka, baik secara lahir maupun batin.

Sumber: catatan Deni Gunawan, “Baku Jaga untuk Provinsi Selaksa Nusa”, Yogyakarta: Mata Kata, 2023.

Berita Terkait

TERKINI